KEPRIBADIAN dalam diri individu, baik ataupun buruk, dibentuk oleh beberapa factor. Menurut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika, ada tiga faktor manpengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu, yaitu faktor biologis/fisik, psikologi/kejiwaan, dan sosiologi/lingkungan.
Faktor biologi s/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di dalam diri seorang individu. Contoh, seseorang yang dilahirkan dengan cacat fisik atau penampilannya kurang ideal, pasti ia akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul, dan sifat minder lainnya. Ataupun sebaliknya.
Menurutg ssosiolog itu, faktor psikologi/ejiwaan, adalah suatu factor yang membentuk suatu kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah, pemalu, agresif, dan lain-lain. Contoh, temperamen pemarah jika dipaksa atau didesak untuk melakukan sasuatu yang tidak ia sukai, maka akan memuncak amarahnya.
Faktor sosiologi/lingkungan, adalah suatu faktor yang membentuk kepribadian seorang individu sesuai dengan kenyataan yang nampak pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat sekitarnya tempat ia berpijak. Contoh, seseorang yang lahir di lingkungan yang penuh solidaritas, pasti orang tersebut akan mempunyai kepribadian solider atau sikap pengertian terhadap sesama.
Ada pepatah mengatakan, “Jika kita hidup di kehidupan yang nyata dan jika menyelaminya pasti akan terbawa arus”. Jadi, jika seseorang hidup dalam beberapa factor pendukung pembentukan kepribadian tersebut, baik faktor tersebut memenuhi syarat maupun tidak, pasti sangat berdampak pada terbentuknya kepribadian individu tersebut.
Lingkungan Pertama Utama
Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan pertama, anak mengenal dunia sekitar dan pola pergaulan sehari-hari.
Agar proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak menjadi baik, lingkungan pertama, khususnya orang tua, harus mengusahakan agar anak-anaknya selalu dekat dengan orang tua; memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan; mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas; memperlakukan anak dengan baik; dan menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan atau kekeliruan
Berhati-hatilah dalam membimbing anak. Sebab, apabila terjadi sesuatu yang berbeda dengan hal-hal itu, anak-anak akan mengalami kekecewaan. Sebuah kekecewaan yang bisa jadi begitu mendalam. Rasa kecewa ini bisa terjadi lantaran orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, karena terlalu sibuk; orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman sanksi, sehingga akan dirasakan oleh anak cukup berat, dan akhirnya anak akan menjadi tertekan jiwanya
Teman Bermain
Dalam lingkungan bermain, seorang anak belajar berinteraksi dengan orangorang yang sebaya. Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok teman bermain ini anak mulai mempelajari nilai-nilai keadilan. Pada usia remaja, kelompok sepermainan itu berkembang menjadi persahabatan yang luas. Perkembangan itu, antara lain, disebabkan oleh remaja yang bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Peranan positif dari kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian remaja adalah mereka merasa aman dan merasa dianggap penting dalam kelompok persahabatan; dapat tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan; mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, tertekan, gembira, dsb, yang mungkin tidak didapatkan di rumah.
Selain itu, mereka dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupan kelak; dan dapat bersikap dewasa karena pada umumnya kelompok ini mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu.
Disamping peranan positif, ada pula kemungkinan timbulnya peranan negatif. Misal, melalui kelompok persahabatan yang dinamakan geng. Geng adalah kelompok sosial yang mempunyai kegemaran berkelahi atau membuat keributan. Bahkan tak jarang mereka terbuai oleh minuman keras dan obat terlarang. Kemungkinan terjadinya peran negatf senantasa harus ducegah, baik dari orang tua, guru dan siapa saja yang merasa bertanggung jawab atas masa depan yang baik dan benar bagi para remaja.
Sosialisasi Sekolah
Sekolah adalah tempat anak mempelajari hal-hal yang baru dan mulai membentuk suatu kepribadian pada diri mereka. Di sekolah, seorang siswa akan mendapatkan pengajaran dan keterampilan yang bersifat positif. Tetapi, lingkungan sekolah yang kurang baik justru akan dapat mempersubur proses pengembangan kepribadian anak yang bersifat negatif.
Tidak semua sekolah memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembekalan dalam anak didiknya dengan baik. Karenanya, selain guru, dalam proses pendidikan peran orang tua sangat besar. Mereka dapat mempengaruhi dan membentuk
materi referensi:
http://www.pnfi.depdiknas.go.id/publikas…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar